Minggu, 05 Desember 2010

independence & politics


Mengapa Di Kalangan Mahasiswa/i Lihat orang berkulit Hitam Rambut Keriting. Kata mereka Tgl 1 Desember Hari Besar Orang PAPUA ya....??? Iya Benar. Fakta dan sejarah adalah kebenaran sehingga usaha rekayasa itu tidak akan berhasil menaipulasi fakta dan sejarah. Orang... Papua itu kulit hitam dan rambut keriting, yang merupakan ras melaneysia bukan ras melayu. Pulau Papua terletak di Pasifik Selatan bukan di Asia Tenggara.Sesuai dengan Resolusi PBB No. 746 Tahun 1960 negara-negara anggota PBB berwajib memberikan kemerdekaan kepada daerah-daerah jajahan termasuk Netherland. Sehingga Belanda memberikan kebebasan pada tanggal 1 Desember 19961 telah deklarasikan Kemerdekaan Papua Barat, namun penyerangan-penyerangan yang dilakukan oleh RI ditanah Papua membuat kondisi tidak aman sehingga Perjanjian New York pada tanggal 15 Agustus 1962 antara Indonesia, Belanda, Amerika Serikat dan PBB tanpa melibatkan orang Papua sehingga pada tahun 1969 adakan penentuan pendapat rakyat (PEPERA) dibawah kekuasaan militer Indonesia yang siap membantai orang Papua jika tidak mangakui Indonesia sehingga terjadi manipulasi suara Rakyat Papua.Sejak Tahun 1969 sampai hari ini penganiayaan, penyiksaan, pembunuhan intimidasi dan parahnya lagi degan cara yang halus yaitu: pengiriman Orang yang sudah terinfeksi Penyakit HIV/AIDS dan penyakit2 memetikan lainnya dari luar pulau Papua Tercintah (Papua Surga Ke2 ) di tanah AirQ Papua berlangsung sampai hari ini melalui berbagai cara untuk memusnahkan orang Papua dari Tanahnya sendiri. Mau kah Anda Tinggalkan Tanah Air dengan begitu saja? Tinggalkan cerita dan sejarah bahwa di Pulau Papua dulunya ada orang berkulit Hitam Rambut Keriting namun sayangnya Hanya tinggal kenangan. Hi TanahQ tanah Papua Selamat Berulang Tahun. (I LOVE YOU PAPUA) By Gasper Tabuni Alias Wendanak Tabuang

Gerakan separatis ganggu Papua PANGLIMA TNI KE HANKAMRATA


TIMIKA - Situasi kamtibmas di beberapa wilayah di Papua seperti di Jayapura cukup terganggu akhir-akhir ini menyusul insiden penembakan oleh orang tak dikenal, namun secara khusus di Mimika situasinya cukup kondusif.

Namun, Komando Distrik Militer (Kodim) 1710 Mimika, Papua menangkal isu adanya gerakan dari kelompok separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM) di beberapa lokasi strategis di wilayah itu dalam bulan Desember ini.

Dandim 1710 Mimika, Letkol Inf Bonni Christian Pardede di Timika, Minggu (5/12), mengatakan, sejauh ini situasi kamtibmas di Mimika aman-aman saja. "Sampai sekarang aman-aman saja, meski TNI dan Polri terus mengantisipasi berbagai kejadian yang akan timbul," kata Bonni.

Bonni juga menegaskan, aparat TNI dan Polri di wilayah itu tidak menggelar pengamanan khusus menjelang 1 Desember dan 14 Desember yang memiliki makna khusus bagi sebagian kecil orang di Papua.

"Masyarakat tidak perlu khawatir yang berlebihan. Aparat juga tidak melakukan pengamanan khusus pada 1 Desember dan 14 Desember. Semuanya biasa-biasa saja seperti hari-hari lainnya," jelas Bonni.

Menjelang 1 Desember lalu, aparat TNI dan Polri di Mimika menggelar razia senjata tajam di beberapa lokasi di Timika dan sekitarnya.

Dalam razia tersebut, aparat sempat mengamankan 12 orang yang tertangkap tangan membawa busur dan anak panah, tulang kasuari, parang dan pisau.

Tidak itu saja, Satuan Lalu Lintas (Sat Lantas) Polres Mimika juga mengamankan beberapa sepeda motor yang tidak memiliki kaca spion dan pengemudinya tidak mengenakan helm standar, tidak memiliki STNK dan SIM.

Kabag Ops Polres Mimika, Kompol Mada Indra Laksanta mengatakan, warga yang membawa senjata tajam akan diproses sesuai ketentuan hukum yang berlaku agar memberi efek jera kepada pelaku.

Hal serupa juga diberlakukan kepada pengendara sepeda motor yang melanggar UU No.22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Sementara itu, Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono mengungkapkan, dukungan pemerintah daerah terhadap latihan militer yang dilakukan TNI dinilai sangat penting. Hal ini dikatakan Panglima TNI dalam pertemuan dengan kepala daerah di Pendopo Kabupaten Kutai Timur. "Ini memperlihatkan pentingnya sistem pertahanan semesta," ungkap Panglima.

Agus Suhartono sendiri dijadwalkan akan menyaksikan langsung latihan militer yang digelar di Sangatta, Kaltim. Latihan ini melibatkan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) yang melakukan perang darat, laut dan udara dalam Geladi Lapangan PPRC TNI Siaga Kilat XXVII Tahun 2010.

Latihan ini melibatkan satu batalion lintas udara dan amphibi. Skenario latihan serangan ini adalah merebut tiga titik vital di kawasan Kalimantan Timur, yakni Bukit Pelangi, Kawasan Sangatta Timur, dan Bandara Tanjung Bara.

PPRC memulai serangan dengan infiltrasi penerjunan malam hari. 32 penerjun Kelompok Depan Daerah Operasi Linud (KDOL) melakukan pembersihan daerah penerjunan dan pendaratan serangan amphibi. Enam pesawat Hercules dikerahkan untuk menurunkan penerjun dalam serangan udara. Pesawat jenis Hawk akan melakukan pembersihan kawasan penerjunan.

Separatist leaders, Seby Arrested at Sentani Airport west papua

Seby SembomSentani-After a day before the shooting occurred in one of the house allegedly used as headquarters of the OPM in the Land of Black, Saturday morning (12/04) returning residents were shocked by the arrest by the Prosecutor's Office working together police and security forces from Jayapura police station, against Papuan separatist leader, Seby Sembom. From the information obtained by the Star of Papua, Seby arrested, when in the door 1 departure lounge when he was about boarding a plane to the Sentani Airport. Rencanannya,

Seby will go towards Cingkareng using the Garuda airline-651. Just dikatahui, Seby Sembom an attorney who is now the status of prisoners outside the prison and is currently undergoing trials with cases of alleged treason and incitement International demo Parlement For West Papua on the date 16 Okteber 2008.

From the results of arrest, Seby Sembom, the party managed to secure a fruit kejaksan laptop containing about human rights violations committed by military and police in Papua.

Next Seby brought to the next high kekejaksaan reprocessed.

Minta PERPU Tutup PT. Freeport di Tanah Papua

Dinamika PT. Freeport Indonesia, tantangan mendesak menuju keharusan menyelesaikan masalah Papua

Tanah Papua telah ada dan beroperasi sejumlah perusahaan Raksasa dunia. PT. Freeport Indonesia adalah perusahaan emas dan tembaga nomor tiga di dunia. Begitu juga eksplorasi gas di Papua oleh British Petroleum sebagai cadangan gas terbesar ke dua di Dunia. Berbagai saham-saham dunia pun tak luput ber-investasi di negeri ini. Sebut saja, penguasa amerika keluarga Rockefeller yang punya hubungan dengan berdirinya industri emas di dunia pun bercokol PT. Freeport sampai sekarang. Kemudia, Binladen Grup dari pengusaha timur tengah melirik investasi perkebunan di Merauke Papua. Bergabungnya perusahaan nasional milik Aburizal Bakri, Arifin Panogoro, Prabowo subianto semuanya hanyalah pengekor dari sebuah saham investasi dari blok investasi asing di Papua.

Mandulnya proteksi ekonomi dalam pengelolaan SDA di Indonesia, rapuhnya instrumen pengendali atas penguasaan aset-aset rakyat semakin membuka krang bagi banjir investor lebih heboh lagi menengok Tanah Papua yang begitu luas dan juga kekayaan alammya. Rezim SBY dan Boediono yang konon menyumbang devisa negara dengan pemasukan investor begitu banyak, tanpa memerhatikan tabulasi kebijakan yang bergaining pada proteksi kedaulatan ekonomi nasional.

Pulau Papua ,” jelas ahli geologi Fransiskus Benediktus Widodo Margotomo, mulai terbentuk pada 60 juta tahun yang lalu. Saat itu, pulau ini masih berada di dasar laut yang terbentuk oleh bebatuan sedimen. Pengendapan intensif yang berasal dari benua Australia dalam kurun waktu yang panjang menghasilkan daratan baru yang kini bernama Papua. Saat itu, Papua masih menyatu dengan Australia.

Secara defakto, Tanah Papua dan rakyatnya bukan Indonesia. Papua menjadi sama dengan NKRI secara juridis. Jikalau negara mengutamakan investasi tanpa pemenuhan ekologi, HAM dan Kedaulatan rakyat dalam entitas proteksi kedaulatan ekonomi dan politik, dinamika NKRI yang seharusnya kokoh, akan runtuh dengan sendirinya akibat dari kendali wilayah Papua dalam genggaman para pemodal internasional. Pemerintah menyerahkan pola pemberdayaan dan kemakmuran rakyat Papua kepada sejumlah investasi, namun tidak dibarengi dengan pemenuhan hak yang seharusnya berlaku dalam instrumen kebijakan.

Orang Papua jadi korban konspirasi sejak dahulu digabungkan kedalam Republik Indonesia dalam sebuah aneksasi internasional yaitu PEPERA 1969, nasib yang sama sampai hari ini gerakan kapitalisasi Isu Papua Merdeka terus menjadikan korban kemanusiaan, warga sipil di tembak akibat provokatif agen kapitalisme di Papua. Kekayaan alam rakyat Papua di eksploitasi bagi kejayaan Imperialisme dunia. Amerika dan Inggris meninggalkan dusta malapetaka selama menempatkan kekuatan indsutri di Papua. Dan hari ini pun tak beda dengan politisasi Papua oleh kekuatan asing yang sama.

Kontekas Freeport dalam Wajah Demokrasi orang Papua

Karena oposisi pemodal lebih kuat dalam mencengkeram negara, rata-rata usia eksplorasi diPapua cukup permanen sampai sekarang. Bahkan pola menelantarkan wilayah eksplorasi jadi budaya investasi selama ini. Usai pengerukan lalu pergi meninggalkan bangkai ekologi berkepanjangan, kesenjangan sosial tetap saja menganga dan tidak bisa diharapkan penanganannya kepada perusahaan tersebut.

Sejarah pemenuhan demokrasi bagi rakyat Papua menjadi kristal sejak pendudukan PT. Freeport yang berkolaborasi dalam grup cendana ” Suharto”. Tatkala konflik yang terus terjadi di Timika saat ini tidak dapat berdiri sendiri dengan hegemoni eksplorasi tambang. Pendekatan keaman adalah salah satu upaya pemasifan teritori tambang ”security”. PT. Freeport menjadi gubahan karakter kebijakan baru atas Papua. Ya, PEPERA yang di selenggarakan pada tahun 1969, dibawah pengawasan PBB, toh dengan mendahului keputusan dunia atas nasib Papua ini, tahun 1967 PT. Freeport ” freeport sulpur” telah melakukan kerja kontrak dengan presiden RI suharto.

Entitas demokrasi sejati terus direda demi keamanan saham negara asing. Mobilisasi militer Indoensia di Papua dipicu oleh sentimen pemenuhan orang Papua untuk dapat bebas penuh. Namun, fakta-fakta kasus yang terjadi hari ini, konflik sosial cenderung terjadi berantai di areal tambang. Posisi PT. Freeport di Tanah Amungsa ” Timika” cenderung konflik tak bisa diatasi. Simak saja, budaya perang suku, konflik pembagian dana 1 persen dari freeport memicu kecemburuan suku-suku pemilik hak ulayat. Akhir dari konflik sosial merugikan rakyat kecil saja. Sedangkan para pemodal sebagai tangan tak kelihatan ini tak dapat memiliki kepentingan lain selain pemenuhan laju produksi semata.

Simak saja, sejak operasi militer di Papua, menimbulkan korban penduduk sipil. Kasus protes warga pemilik hak ulayat saja, selama kepemimpinan rezim otoriter orde baru, nyaris PT. FI tak dapat di sentuh untuk merubah kebijakanya. Toh, Pembukuan Freeport yang tragis tak bisa bocor ini kemudian dipublikasikan selang tuntutan Penutupan Freeport tahun 2006. Sejak itu lah Setiap tahun Freeport mengeluarkan rilis pemasukan / kewajiban pajak yang dibayarkan ke Indonesia termasuk Papua.

Energi ekstraktif wataknya meraup keuntungan, menegasikan perubahan ekosistem alam dan penyebab utama perubahan iklim baik daratan maupun yang di laut dan udara. Aset rakyat kini tidak menjadi perawan lagi bahkan jurang pemiskinan sudah menjadi nyata peningkatannya selang eksplorasi terus berlangsung.

Mengelola hasil kekayaan alam guna memenuhi hidup rakyat adalah dinasti yang baik. Tetapi membawa keluar kekayaan milik rakyat setempat untuk kepentingan kelompok dan negara tertentu tanpa mengutamakan pemenuhan yang layak bagi penduduk yang punya aset kekayaan alam adalah bentuk-bentuk imperialisme hari ini.

Pasar bebas kemudian bergulir, Amerika dengan Freeportnya se-bebas mungkin melewati benua dan samudera lalu mengeruk kekayaan emas orang di Papua. Inilah bukti Free Trade ” Pasar Bebas”. Terlepas dari siapa yang diutamakan dalam era globalisasi ini, kenyataan adalah penjarahan aset rakyat tak terbukti mensejahterakan rakyat tersebut.

Sebab, logam emas mempunyai daya tarik tersendiri karena perannya yang berpengaruh terhadap tatanan perekonomian suatu Negara. Sebagai penghasil devisa Indonesia dari sektor pertambangan diluar minyak dan gas bumi, produksi logam ini meningkat terus dari tahun ke tahun, walaupun harganya sering berfluktuasi.

Tanah Papua yang kaya cadangan “komoditas”kerukan kuasa-kuasa modal global, tetesan rente lewat pajak dan retribusi untuk negara, serta praktek korupsi dipelakukan sebagai “tanah kosong”; “tanah tanpa kepemilikan” transformasi cara pandang tanah sebagai sumber produksi komoditas.

Khususnya tekanan yang lebih keras terhadap kelompok-kelompok politik yang dianggap menjadi ancaman atau musuh oleh negara (Indonesia). Di samping itu juga belum ada penjelasan yang jernih mengenai siapa pihak yang paling bertanggungjawab atas terjadinya kekerasan, apakah tanggungjawab militer secara kelembagaan, atau tanggungjawab orang per orang pemimpin personil militer? Serta bagaimana pula posisi pihak-pihak sipil di Papua seperti Golkar yang mendominasi birokrasi dan DPRD Papua dalam seluruh rangkaian kekerasan dan pelanggaran HAM itu. Selain itu bagaimana pula peran dari gerakan-gerakan perlawanan seperti OPM dalam rangkaian kekerasan yang terjadi tersebut?.

Belajar dari fenomena konflik di tahun 2006 hingga 2009 di seputar Timika dan Areal PT. Freeport Indonesia. Kondisi kemarahan warga terkait ketidakadilan FI berujung pada pola pengalihan isu menuju perang suku.

Kasus Peres Magai, Oktober 2007, tuntutan dan penyerangan ke Freeport pun dilupakan setelah kedua kampung berseteru. Pihak keluarga Peres menuntut Freeport bertanggungjawab karena peres meninggal akibat dianiaya oknum Sekurity Freeport berbuntut pada skenario perang suku.[1]

Perpaduan pengalaman menjadi korban kekerasan aparat militer dan kelompok yang mengatasnamakan OPM menumbuhkan ingatan kolektif tentang penderitaan atau disebut dengan memoria passionis di kalangan masyarakat di Papua. Menurut Gubernur Provinsi Papua J. P. Solossa kekerasan dan pelanggaran HAM ini menjadi alasan utama rakyat Papua untuk menanam dendam, permusuhan dan tuntutan untuk memisahkan diri Republik Indonesia.

PT. Freeport Indonesia

adalah sebuah perusahaan pertambangan yang mayoritas sahamnya dimiliki Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc.. Perusahaan ini adalah pembayar pajak terbesar kepada Indonesia dan merupakan perusahaan penghasil emas terbesar di dunia melalui tambang Grasberg. Freeport Indonesia telah melakukan eksplorasi di dua tempat di Papua, masing-masing tambang Erstberg (dari 1967) dan tambang Grasberg (sejak 1988), di kawasan Tembaga Pura, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua.

Freeport berkembang menjadi perusahaan dengan penghasilan 2,3 miliar dolar AS. Menurut Freeport, keberadaannya memberikan manfaat langsung dan tidak langsung kepada Indonesia sebesar 33 miliar dolar dari tahun 1992–2004. Angka ini hampir sama dengan 2 persen PDB Indonesia. Dengan harga emas mencapai nilai tertinggi dalam 25 tahun terakhir, yaitu 540 dolar per ons, Freeport diperkirakan akan mengisi kas pemerintah sebesar 1 miliar dolar.

Mining In­terna­tio­nal, sebuah majalah per­da­­ga­ngan, menyebut tambang emas Free­­port sebagai yang ter­be­­sar di du­­­nia.

Freeport Indonesia sering dikabarkan telah melakukan penganiayaan terhadap para penduduk setempat. Selain itu, pada tahun 2003 Freeport Indonesia mengaku bahwa mereka telah membayar TNI untuk mengusir para penduduk setempat dari wilayah mereka. Menurut laporan New York Times pada Desember 2005, jumlah yang telah dibayarkan antara tahun 1998 dan 2004 mencapai hampir 20 juta dolar AS.

Freeport dan Sejumlah Investasi baik asing maupun Nasional di Papua

• 15 Kontrak Karya dan KKB Luasnya : 4.077.967 ha. Amerika serikat, Jerman, China, Inggris, Jepang, Swedia, Korea selatan.

• PT. FREEPORT INDONESIA, Operasi : 1967 – sekarang Luas Konsesi 2,6 juta ha, termasuk 119.435 ha hutan lindung dan 1,7 juta ha kawasan konservasi.

• Blok BP Migas Cadangan gas Tangguh 14,4 tcf 80% hasil penjualan akan dipakai untuk tutup biaya investasi dan produksi, sisanya di bagi untuk indonesia dan BP. Kontrak penjulan berlangsung dari 20 - 50 th Dibagi habis untuk ekspor ke Fujian, Korea, Jepang, Filipina dan US West Coast.

• PT. GAK NIKEL, Asia Pasific Nikel /BHP Australia Luas KK 13.140 ha 240 juta ton Nikel dalam 30 th membuang 627.000 ton limbah/ hari ke laut, th 2001, ekosistem laut terkaya : 900 jenis ikan karang,, 600 molluska, 450 jenis karang.

• Terdapat 29 blok migas, Luasnya 11.916.016 ha.

• Terdapat 65 Perusahaan HPH, Luasnya 14.410.351 Ha.

• Terdapat 21 Perusahaan perkebunan, Luasnya 570.497 ha.

• Terdapat 7 Perusahaan HTI, luasnya 916.307 ha.

Rata-rata usia eksplorasi diPapua cukup permanen sampai sekarang. Bahkan pola menelantarkan wilayah eksplorasi jadi budaya investasi selama ini. Usai pengerukan lalu pergi meninggalkan bangkai ekologi berkepanjangan, kesenjangan sosial tetap saja menganga dan tidak bisa diharapkan penanganannya kepada perusahaan tersebut. Energi ekstraktif wataknya menraup keuntungan, menegasikan peribahan ekosistem alam dan penyebab utama perubahan iklim baik daratan maupun yang di laut dan udara. Aset rakyat kini tidak menjadi perawan lagi bahkan jurang pemiskinan sudah menjadi nyata peningkatannya selang eksplorasi terus berlangsung.

Sudah 40-an tahun ( 1963-2008 ) aset pembangunan daerah di Provinsi Papua senilai 800 trilyun rupiah. APBD Papua kemudian melonjak di era Otsus (2002 ) setelah sebelumnya kas daerah minim dibawah angka tidak sampai miliar. Sedangkan sejumlah pemasukan sumber daya alam bagi Papua sesuai pembagian hasil adalah rata-rata satu persen ( 1% ) dana dialokasikan bagi pertumbuhan pembangunan di Papua. Kemudian di Tahun 2000, BP Migas mengalokasikan pembagian hasil sepuluh Persen ( 10% ) bagi Papua. Freeport masih tetap tak berubah dana konsensi satu persen bagi Papua dan dua persen lebih bagi pusat ( Jakarta ).

Republika Online Rabu, 01 Maret 2006 menulis lebih dari 95 persen konsentrat diolah di luar negeri. Kita tak tahu apakah yang mereka peroleh adalah emas atau loyang. Kedua, pendapatan yang terungkap pun–termasuk dalam catatan Bursa Saham New York (NYSE)–ternyata menunjukkan ketimpangan besar. Total pendapatan negara sejak Kontrak Karya II, 1991, senilai 1,3 miliar dolar AS. Itu pun sudah termasuk royalti, retribusi, iuran, dan pendapatan dari pajak seperti pajak penghasilan (PPh) dan pajak pertambahan nilai (PPN). Sementara, keuntungan bersih untuk Freeport McMoran mencapai 800 juta dolar setiap tahun. PT Freeport Indonesia (FI) melalui siaran persnya yang dilansir Cenderawasih Pos, ( 14 Nopember 2007 05:35:24) kemarin mengatakan, selama bulan Juli 2007 September 2007, FI telah melakukan kewajiban pembayaran kepada Pemerintah Indonesia sebesar 434 juta dolar AS atau Rp 4 triliun dengan kurs saat ini. Jumlah tersebut terdiri dari pajak penghasilan badan, pajak penghasilan karyawan, pajak daerah serta pajak-pajak lainnya sebesar 333 dolar AS. Kemudian royalty 49 juta dolar AS serta deviden sebesar 52 juta dolar AS. Dengan demikian, total pembayaran yang telah di lakukan FI selama tahun 2007 sampai dengan bulan September 2007 ini telah mencapai 1,4 milyar dolar AS atau sekitar Rp 12,6 trilyun dengan kurs saat ini. Yang terdiri dari pajak penghsilan badan, pajak penghasilan karyawan, pajak daerah serta pajak-pajak lainnya sebesar 1 milyar dolar AS. Hal ini disebabkan oleh fluktuasi harga komoditas, tingkat penjualan dan tingkat produksi. Sejak tahun 1992 sampai September 2007, total kewajiban keuangan sesuai dengan ketentuan yang mengacu pada kontrak karya tahun 1991 yang telah dibayarkan FI kepada Pemerintah Indonesia telah mencapai hampir 6,5 milyar dolar AS. Jumlah tersebut terdiri dari pajak penghasilan badan, penghasilan karyawan, pajak daerah serta pajak-pajak lainnya sebesar 5,1 dolar AS. royalty 708 juta dolar AS serta deviden sebesar 654 juta dolar AS.

Kekerasan gelombang kedua ini berlangsung dari tahun 1970 sampai 1977. Kekerasan ini ditujukan untuk mematikan semua bentuk perlawanan terhadap hasil Pepera sekaligus untuk menyiapkan keamanan bagi kehadiran PT Freeport di Papua. Dalam gelombang kedua ini kekerasan juga ditujujan untuk memastikan kemenangan Golkar dalam Pemilu tahun 1971 dan 1977 serta memastikan jalannya birokrasi pemerintahan.

Ketika Amungme melakukan pemberontakan karena frustasi pada tahun 1977 dan meledakkan jalur pipa, pasukan keamanan melakukan penyerangan balik.” “Kebun-kebun dan rumahrumah dihancurkan, beberapa orang Amungme dibantai dan dibunuh,” kata Feld mengenang sebuah peristiwa tahun 1977 di sekitar lokasi Freeport. Feld menambahkan, Indonesia mengumumkan 900 orang jumlah yang mati. Namun data tidak resmi menunjukkan korban sebenarnya dua kali lipat.

Apa yang harus dilakukan Indonesia dan Freeport soal kejadian tahun 1977 itu?

Retorika mereka tetap saja sama, yakni dengan menekankan pentingnya integrasi nasional dan pembangunan ekonomi di Papua Barat. Integrasi nasional?.

Arti sebenarnya dari itu adalah sebuah invasi dan dominasi orang kuat dari luar di Papua Barat. Ekonomi pembangunan? Artinya itu adalah pendudukan, pemaksaan dan pencurian sumber daya,”.

Perselingkuhan Negara dan “ Kekuatan Modal “ di Papua dalam Bingkai Kebijakan Keamanan. Karena memiliki jalinan erat, IMPARSIAL menilai dalam menuntaskan masalah di Papua terutama berkenan dengan pemenuhan hak asasinya, justru sebaliknya Negara bersama Freeport malah menjadi bagian tak terpisahkan dari malapetaka berbagai kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di wilayah ini.

“Ekonomi pembangunan dan integrasi nasional adalah bungkus dari program pemerkayaan dan penguatan aparat keamanan dan perusahaan transnasional seperti Freeport. Hasil dari program itu adalah kemakmuran luar biasa pihak luar, yang di sisi lain adalah juga kemiskinan luar biasa bagi penduduk lokal.” “Yang kehilangan adalah penduduk asli Melanesia di Papua Barat, termasuk warga Amungme.

Lahan-lahan mereka telah dirampas dan kemakmuran mereka disedot. Mereka tidak menerima sewa tanah dan royalti.

Mereka sungguh tidak memiliki hak hukum, politik, dan sumber daya ekonomi atas penyingkiran itu. Pembangunan ekonomi dan integrasi nasional telah membuat Amungme, seperti pendudukan lain di Papua Barat, menjadi miskin dan minoritas yang lemah di tempat tinggal.

Setiap pengembangan pertambangan Freeport Indonesia, terjadi gangguan lebih jauh terhadap kehidupan Amungme. Contoh, pada tahun 1980 Indonesia dan Freeport menempatkan kembali beberapa warga Amungme di sebuah dataran rendah dan mendorong mereka melakukan budi daya tanam yang jauh dari daerah asal.

Hanya beberapa tahun setelah penempatan itu, 20 persen dari anak-anak Amungme meninggal karena penyakit malaria. Sebabnya, sebagai penghuni dataran tinggi, mereka memiliki kerentanan terhadap penyakit yang ada di dataran rendah.

Contoh lain lagi, di tahun 1984 Freeport Indonesia menawari Amungme sebuah kesepakatan. Sebagai imbalan terhadap pembangunan seperti klinik untuk Amungme, lokasi tambang di Tembaga Pura dan semua fasilitas Freeport terlarang bagi Amungme.

Pertambangan Freeport di teritori Amungme adalah lokasi cadangan emas terbesar di dunia dan ketiga terbesar di dunia untuk tambang tembaga.

Dengan cadangan 25 milyar pon tembaga, 40 juta ons emas dan 70 juta ons perak, nilainya sekitar 40 milyar dollar AS berdasarkan harga berlaku. Freeport diberikan jaminan untuk bekerja di lokasi pertambangan untuk bertahun-tahun. Lagi, jika menemukan tambahan kekayaan mineral di atas 4,1 juta hektar di tanah sekitarnya akan menjadi hak eksklusif Freeport.

Realisasi Tuntutan Rakyat Papua terkait keberadaan PT. Freeport Indonesia.

Catatan singkat dampak Sosial (konflik ) yang timbul sejak kehadiran PT. Freeport di Tanah Papua. Posisi Negara dalam mengatasi Freeport, suatu masalah sekarang. Berikut adalah aspek konflik dan penanganan Negara diawali dari tahun 2009 hingga 2006.

Negara “ Pemerintah “ dalam kasus PT. Freeport yang sudah terjadi, belum ada niat baik untuk menyambut tuntutan rakyat Papua, terutama soal Freeport. Sikap rakyat Papua meminta penyelesaian Freeport, selalu saja di jawab dengan bedil senjata, konflik perang suku, mobilisasi aparat militer di areal Freeport bahkan membanjirnya dana-dana taktis Negara lebih pada pengutamaan pengamanan asset perusahaan ketimbang Negara memberi ruang kedaulatan kepada warga Negara sendiri.

6 Juli 2009, Diakhir rapat strategis dan Konsolidasi Demokrasi untuk Papua, selain para aktivis Papua mendirikan organisasi yang bernama Liga Perjuangan Nasional Rakyat Papua Barat, juga Menetapkan Penutupan PT. Freeport Indonesia di Tanah Papua dan Pengurangan Aktivitas Militer di Areal Tambang dan Pelosok Tanah Papua.

11 Juli 2009, Warga negara Australia Drew Grant (29), yang juga teknisi PT Freeport, tewas ditembak orang tak dikenal dalam perjalanan dari Tanjungpura menuju Timika. Berlanjut Peristiwa penembakan yang dilakukan orang dikenal di Freeport, Papua, mengakibatkan satu keamanan PT Freeport tewas dan dua orang petugas kepolisian luka-luka.

12 Juli 2009, Peristiwa penembakan oleh kelompok kriminal bersenjata terjadi di area PT Freeport Indonesia Tembagapura, Papua. Akibatnya bus yang mengangkut petugas keamanan dan cleaning service tertembus peluru. [2]

16 Juli 2009, Siaran Pers digelar oleh WALHI, LPNR-PB dan Titus Natkime di Kantor Walhi, Jalan Tegal Parang, Mampang, Jakarta Selatan. Mendesak pemerintah harus legih konkret dalam mewujudkan pemenuhan HAM, keadilan sosial, dan ekologis bagi warga negara.[3]

24 Juli 2009, SIARAN PERS DPP LPNR-PB: TUTUP FREEPORT INDONESIA ! UNTUK PEMENUHAN KEDAULATAN RAKYAT DI TANAH PAPUA. bahwa kembali terjadi insiden penyerangan atas penduduk sipil di Timika Papua oleh satuan gabungan polisi dan TNI terkait insiden yang terjadi di Areal PT. Freeport Indonesia, aksi penggeledahan rumah-rumah warga, sweeping aparat kemudian dilakukan dengan menggunakan senjata lengkap. [4]

31 Juli 2009, Belasan masyarakat Papua yang tergabung dalam Liga Perjuangan Nasional Rakyat Papua Barat menggelar aksi unjuk rasa di depan kantor PT Freeport Indonesia di Plaza 89, Jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan. Mereka menuntut operasi penambangan PT Freeport di wilayah Papua ditutup. Dalam orasinya, pengunjuk rasa menuding Freeport menjadi penyebab konflik sosial di Papua. [5]

20 Agustus 2009. Dengan alasan situasi keamanan di sekitar tambang yang tidak kondusif, sidang mediasi antara masyarakat adat suku Amungme, Papua dengan PT Freeport Indonesia ditunda. Dalam sidang kedua kasus penyerobotan tanah ulayat milik masyarakat adat Suku Amungme yang berlangsung Kamis (20/8), mestinya dilakukan sidang mediasi antara PTFI dengan pengacara masyarakat adat Suku Amungme. Namun, menurut pengacara masyarakat adat suku Amungme, Titus Natkime, sidang ditunda atas permintaan manajemen PTFI. Dalam sidang kedua tersebut, PTFI meminta waktu 20 hari.[6]

26 Agustus 2009, SIARAN PERS: N0. 03/DPP LPNR-PB/VIII/09. LPNR-PB sangat yakin bahwa pelaku penembakan di Areal PT. Freeport Indonesia adalah warga negara Indonesia. Entah apa tujuannya?. Yang pasti pemerintah harus segera mengeluarkan satu kebijakan Hukum untuk menghentikan rangkaian terror di perusahaan tambang AS di Papua. Perpu adalah solusi menghentikan operasi PT.FREEPORT di Papua. ( doc. foto by Okezone.com/13/08/09).

27 Agustus 2009, Lebih dari 1.000 karyawan PT Freeport Indonesia dan perusahaan kontraktornya Kamis pagi kembali ke tempat kerja mereka di Tembagapura. Ribuan karyawan Freeort tersebut sudah sekitar dua pekan tak bekerja menyusul insiden penembakan bis karyawan, Minggu (16/8) oleh orang tak dikenal di Mile 45 ruas jalan Timika-Tembagapura. Para karyawan Freeport menumpang 23 bis, dimana setiap bis ditumpangi sekitar 61 orang. Mereka berangkat dari terminal Gorong-gorong Timika secara bergelombang dimulai sekitar pukul 08.00 hingga pukul 12.00 WIT dengan dikawal ketat dua peleton aparat gabungan TNI dan Polri. Pada saat yang sama, ratusan rekan kerja mereka yang menggunakan 15 bis berangkat dari Tembagapura ke Timika untuk libur kerja (off).[7]

2 September 2009, Sesuai Rencana mobilisasi militer kea real Freeport. Biak (ANTARA News) - Sedikitnya 600 prajurit TNI AD akan diperbantukan mengamankan areal kerja PT Freeport Indonesia di Tembagapura, Timika, Papua mulai 2 September 2009. Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Ahmad Yani Nasution di Biak, Senin, mengatakan, penempatan ratusan prajurit TNI itu atas permintaan Polri dalam upaya memulihkan situasi Kamtibmas di areal PT.Freeport. “Ke-600 prajurit TNI AD tambahan itu akan bertugas secara efektif 2 September,” kata Mayjen AY Nasution.[8]

3 September 2009, Mahasiswa Papua di Yogyakarta gelar Seminar Nasional Dampak-dampak PT. FI di Papua dan apa tujuan Freeport di Papua?.[9]

10 September 2009. Para karyawan PT Freeport Indonesia yang tergabung dalam Federasi Serikat Pekerja Kimia, Energi dan Pertambangan SPSI Kabupaten Mimika, Papua meminta jaminan perlindungan dari Komisi Nasional Hak Azasi Manusia (Komnas HAM) atas berlarut-larutnya aksi teror gangguan keamanan dan ketertiban di wilayah perusahaan tempat mereka bekerja. Permintaan jaminan keamanan itu disampaikan pengurus DPC FSP-KEP SPSI Mimika kepada anggota Komnas HAM, Nur Cholis SH MA di Timika. [10]

2 Juli 2008, Para tokoh masyarakat Amungme yang tergabung dalam Lembaga Musyawarah Adat Suku Amungme (LEMASA) di Kabupaten Mimika, mengancam akan kembali ke hutan dan menutup areal tambang PT Freeport Indonesia (PTFI), jika Mahkamah Agung (MA) menolak gugatan sengketa Pilkada Mimika yang diajukan pasangan Drs Yosep Yopi Kilangin- Yohanes Felix Helyanan SE, calon Bupati dan Wakil Bupati Mimika periode 2008-2013 yang diusung Koalisi Suara Rakyat pada Pilkada di kabupaten itu.. “Kami minta Mahkamah Agung RI sungguh-sungguh menegakan keadilan dan kebenaran dalam permasalahan Pilkada di Mimika,” tegas LEMASA dalam suratnya kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.[11]

18 April 2007, sekitar 9.000 karyawan Freeport mogok kerja untuk menuntut perbaikan kesejahteraan. Perundingan akhirnya diselesaikan pada 21 April setelah tercapai kesepakatan yang termasuk mengenai kenaikan gaji terendah. Selanjutnya, Ketua Tongoi Papua Frans Pigome di pindahkan bertugas di Freeport Pusat di Amerika Serikat.

21 Februari 2006, terjadi pengusiran terhadap penduduk setempat yang melakukan pendulangan emas dari sisa-sisa limbah produksi Freeport di Kali Kabur Wanamon. Pengusiran dilakukan oleh aparat gabungan kepolisian dan satpam Freeport. Akibat pengusiran ini terjadi bentrokan dan penembakan. Penduduk sekitar yang mengetahui kejadian itu kemudian menduduki dan menutup jalan utama Freeport di Ridge Camp, di Mile 72-74, selama beberapa hari. Jalan itu merupakan satu-satunya akses ke lokasi pengolahan dan penambangan Grasberg.

22 Februari 2006, sekelompok mahasiswa asal Papua beraksi terhadap penembakan di Timika sehari sebelumnya dengan merusak gedung Plasa 89 di Jakarta yang merupakan gedung tempat PT Freeport Indonesia berkantor. Berlanjut demo damai Front PEPERA PB kemudian dihadang dengan barikade mliter di depan kantor FI.

23 Februari 2006, masyarakat Papua Barat yang tergabung dalam Solidaritas Tragedi Freeport menggelar unjuk rasa di depan Istana, menuntuk presiden untuk menutup Freeport Indonesia. Aksi yang sama juga dilakukan oleh sekitar 50 mahasiswa asal Papua di Manado dan berlanjut dengan pemalangan pintu check point Freeport di mile 24 Timika Papua oleh rakyat sipil di Timika.

25 Februari 2006, karyawan PT Freeport Indonesia kembali bekerja setelah palang di Mile 74 dibuka.

27 Februari 2006, Front Persatuan Perjuangan Rakyat Papua Barat menduduki kantor PT Freeport Indonesia di Plasa 89, Jakarta. Aksi menentang Freeport juga terjadi di Jayapura dan Manado.

28 Februari 2006, Demonstran di Plasa 89, Jakarta, bentrok dengan polisi. Aksi ini mengakibatkan 8 orang polisi terluka.

1 Maret 2006, demonstrasi selama 3 hari di Plasa 89 berakhir. 8 aktivis LSM yang mendampingi mahasiswa Papua ditangkap dengan tuduhan menyusup ke dalam aksi mahasiswa Papua. Puluhan mahasiswa asal Papua di Makassar berdemonstrasi dan merusak Monumen Pembebasan Irian Barat.[12]

3 Maret 2006, masyarakat Papua di Solo berdemonstrasi menentang Freeport.

7 Maret 2006, demonstrasi di Mile 28, Timika di dekat bandar udara Moses Kilangin mengakibatkan jadwal penerbangan pesawat terganggu.

14 Maret 2006, massa yang membawa anak panah dan tombak menutup checkpoint 28 di Timika. Massa juga mengamuk di depan Hotel Sheraton.

15 Maret 2006, Polisi membubarkan massa di Mile 28 dan menangkap delapan orang yang dituduh merusak Hotel Sheraton. Dua orang polisi terkena anak panah.

16 Maret 2006, aksi pemblokiran jalan di depan Kampus Universitas Cendrawasih, Abepura, Jayapura, oleh masyarakat dan mahasiswa yang tergabung dalam Parlemen Jalanan dan Front Pepera PB Kota Jayapura, berakhir dengan bentrokan berdarah, menyebabkan 3 orang anggota Brimob dan 1 intelijen TNI tewas dan puluhan luka-luka baik dari pihak mahasiswa dan pihak aparat

17 Maret 2006, Tiga warga Abepura, Papua, terluka akibat terkena peluru pantulan setelah beberapa anggota Brimob menembakkan senjatanya ke udara di depan Kodim Abepura. Beberapa wartawan televisi yang meliput dianiaya dan dirusak alat kerjanya oleh Brimob.

22 Maret 2006, satu lagi anggota Brimob meninggal dunia setelah berada dalam kondisi kritis selama enam hari.

23 Maret 2006, lereng gunung di kawasan pertambangan terbuka PT Freeport Indonesia di Grasberg, longsor dan menimbun sejumlah pekerja. 3 orang meninggal dan puluhan lainnya cedera.

23 Maret 2006, Kementerian Lingkungan Hidup mempublikasi temuan pemantauan dan penataan kualitas lingkungan di wilayah penambangan PT Freeport Indonesia. Hasilnya, Freeport dinilai tak memenuhi batas air limbah dan telah mencemari air laut dan biota laut.

17 April 2006, SBY Tak Akan Tutup Freeport. Presiden Susilo Bambang Yudoyono berjanji akan menangani tuduhan pencemaran lingkungan oleh PT Freeport Indonesia di Papua. Namun katanya, pemerintah tidak mungkin melakukan penutupan perusahaan pertambangan itu sebagaimana dituntut oleh sebagian kalangan. SBY mengatakan, jika Freeport terbukti mencemari lingkungan, harus dilakukan tindakan hukum. Namun jika dilakukan penutupan sepihak terhadap Freeport, maka Indonesia akan digugat secara hukum, akan diharuskan membayar ganti rugi milyaran dolar. Ia juga mengatakan, tindaan radikal semacam itu hanya akan makin memperburuk iklim penanaman modal di Indonesia.[13]

Agustus 2006, Konflik berkepanjangan di kwamki akibat gesekan tiga kepentingan; Freeport, Elite local dan Militer. Konflik perang suku reda ketika dua buah mobil milik PT. FI di tembak di mile 69.[14]

Sejak tahun 1992-2006 total pemasukan Freeport kepada negara Indonesia adalah 37 Trilyun, dari hasil pembayaran Pajak Negara dan daerah. Sedangkan keuntungan Freeport adalah menyuplai 40ribu ton Emas ke Amerika selang beroperasi.

PERPU penutupan PT. Freeport dan Pengurangan Aktifitas Militer untuk restoasi masalah HAM, Ekologi dan Proteksi bagi kedaulatan rakyat.

Sesuai dengan amanat pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (selanjutnya disebut UUD 1945), yaitu “ kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia dan untuk kesehjateraan umum…dst. Mineral dan Batubara merupakan sumber daya alam yang tak dapat diperbaharui sehingga pemanfaatannya harus dikelola untuk kesehjateraan rakyat, terutama kegiatan pengelolaan di pundak pemerintah.

Kegunaa emas yang utama adalah untuk dana moneter yang di wujudkan dalam bentuk billion sebagai cadangan untuk setiap uang kertas yang dikeluarkan. Karena sifatnya yang lunak sehingga mudah di tempat, emas digunakan sebagai perhiasan. Paduan emas dengan logam lain seperti tembaga, perak, nikel, atau paladium, menjadikan adanya istilah emas putih, hijau, dan kuning dalam dunia perhiasan. Emas juga digunakan sebagai bahan pelapis, dekorasi pada gelas dan keramik, bahan penyepuh, book binding, aksara, dan dekorasi lainnya. Selain itu, emas juga diperlukan sebagai bahan dalam industri kimia, pembuatan gelas dan kedokteran gigi.

Sebagai negara yang banyak memiliki gunung berapi dan iklim tropis, Indonesia mempunyai potensi endapan emas primer maupun sekunder yang cukup baik. Banyak pemodal-pemodal asing yang mengajukan kontrak karya untuk penambangan emas dan perusahaan swasta nasional yang bergiat di bidang penambangan emas menunjukan bahwa endapan emas Indonesia cukup menjanjikan. Mengingat hal ini, penelitian sumber daya endapan emas di Indonesia perlu lebih di tingkatkan lagi. Pengembangan usaha pertambangan bahan galian ini diharapkan dapat lebih menunjang program pemerintah dalam hal penyediaan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat dan nasional, serta devisa negara.

Sejalan dengan amanat pembukaan UUD 1945 tersebut diatas, maka para pendiri negara kesatuan Republik Indonesia menetapkan pengaturan lebih lanjut tentang pengaturan kesehjateraan dalam Pasal 33 ayat (1), (2), (3),(4) UUD 1945 karena itu semangat the founding fathers negara ini kemudian dilanjutkan oleh para elit politik yang membuat ketentuan perundang-undangan termasuk Undang-undang penanaman modal asing dan investasi yang mana telah bertentangan dengan semangat pemerataan kesehjateraan sebagaimana diamanatkan oleh Pasal 33 UUD 1945 berikut; (1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. (2) Cabang-cabang produksi yang bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. (3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebsar - besar bagi kemakmuran rakyat. (4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kemandiriaan serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur oleh Undang-undang.

Bahwa setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hokum. Dan juga setiap orang berhak bebas dari perlakuan diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif.

Bahwa pemerintah sebagai penanggung jawab dan pengatur utama dalam kegiatan mencapai kesehjateraan rakyat, dengan tetap mengedepankan kepentingan bersama untuk ikut menyelengarakan kegiatan penambangan mineral dan batubara.

Karena kewajiban konstitusi untuk pengaturan kesehjateraan rakyat tersebut juga dilakukan dengan mengupayakan kegiatan sarana dan prasarana yang bermanfaat dan mendapatkan penghasilan untuk negara dari sektor mineral dan batubara sangat besar, oleh karena itu pemerintah sudah sepatutnya memberikan perhatian kesehjateraan rakyat.

Sebagaimana dalam pertimbangan PT. Freeport Indonesia harus di tuntaskan dalam kerangka bingkai NKRI.

Bahwa Keberadaan eksplorasi PT. Freeport yang berada dalam wilayah hukum pertambangan Indonesia merupakan kekayaan alam tak terbarukan sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa yang mempunyai peranan penting dalam memenuhi hajat hidup orang banyak , karena itu pengelolaannya harus dikuasai oleh negara untuk menilai tambah secara nyata bagi perekonomian nasional dalam usaha mencapai kemakmuran dan kesehjateraan rakyat secara berkeadilan.

Sebagai upaya mengatur dan memberikan landasan legal bagi pelaksanaan pertambangan mineral dan batubara “ kasus PT. FI “ Pemerintah segera mengevaluasi segala asset tambang asing dalam negeri untuk mendorong kedaulatan ekonomi bangsa, cara yang patut di lakukan adalah pemberlakuan peraturan pemerintah pengganti UU.

Bahwa Liga Perjuangan Nasional Rakyat Papua Barat menilai Undang-Undang atau PERPU tentang penutupan PT. FI demi restorasi ekologi, HAM dan proteksi kedaulatan ekonomi rakyat adalah penting dan mendesak adanya Perpu bagi kami tak bertentangan dengan Pasal 33 dan pasal 28 UUD 1945.

[1] Luka Papua; HIV/AIDS, Otonomi Khusus dan Perang Suku. Sebuah Karya Jurnalis Muda Papua, cetakan I-Jakarta Spasi & VHR Book, 2008, hal. 179.

[2] http://news.okezone.com/read/2009/09/12/1/256903/1/penembakan-freeport-bus-tertembus-peluru

[3] http://www.banjarmasinpost.co.id/read/artikel/17238/walhi-tutup-freeport

[4] http://article.gmane.org/gmane.culture.media.mediacare/58060

[5] http://www.kompas-tv.com/content/view/19237/2/

[6] http://pme-indonesia.com/news/?catId=5&newsId=826

[7]http://www.tvone.co.id/berita/view/21328/2009/08/27/ribuan_karyawan_freeport_kembali_ke_tembagapura

[8] http://www.antaranews.com/berita/1251691534/tni-tambah-600-prajurit-amankan-pt-freeport

[9] http://www.harianjogja.com/web2/beritas/detailberita/8229/mahasiswa-papua-gelar-seminar-nasional-view.html

[10] ANTARA/EVARUKDIJATI/10/09/09

[11] ttp://www.papuapos.com/index.php?option=com_content&view=article&id=931:suku-amungme-ancam-tutup-freeport&catid=1:berita-utama

[12] http://www.melanesianews.org/spm/publish/printer_1820.shtml

[13] http://www.dw-world.de/dw/article/0,,2944938,00.html

[14]Lihat; Luka Papua; HIV/AIDS, Otonomi Khusus dan Perang Suku. Sebuah Karya Jurnalis Muda Papua, cetakan I-Jakarta Spasi & VHR Book, 2008, hal. 174.

Di Mulia, PAPUA , OTK Tembak Mati Tukang Ojek

Di Mulia, OTK Tembak Mati Tukang Ojek

JAYAPURA–Korban penembakan orang tak dikenal (OTK) di wilayah Papua kembali bertambah. Setelah insiden penembakan di Nafri menewaskan satu orang warga bernama Iswandy dan melukai empat warga lainnya. Kali ini insiden serupa kembali terjadi, yakni di Distrik Mulia, Kabupaten Puncak Jaya, Sabtu (4/12) sekitar pukul 19.30 Wit. Muhammad Amas (37) tewas tertembak di bagian perut, lengan kiri dan leher tembus belakang. Korban yang baru dua bulan bekerja sebagai tukang ojek di pasar kota lama Mulia ini, ditembak ketika sedang berada di café Coklat yang memang dikenal sebagai tempat ngumpul aparat baik TNI maupun Polri untuk bersantai.Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol. Wachyono ketika dikonfirmasi wartawan, Minggu (5/12) kemarin membenarkan adanya peristiwa penembakan tersebut.Dikatakan, insiden penembakan terjadi dipusat Kota Mulia yang merupakan ibukota Kabupaten Puncak Jaya tepatnya di café Coklat.

Adapun kronologis kejadiannya, menurut Wachyono, bermula ketika korban yang notabene tinggal di café tersebut sedang melayani tiga orang anggota TNI diantaranya Perwira Penghubung (Pabung) Kodim Nabire dan 2 orang dari Satgas Kopassus yang sedang berkaraoke.
“Saat itu secara tiba-tiba masuk empat orang tak dikenal, dengan membawa senjata diketahui jenis AK 47, langsung mengeluarkan tembakan ke arah anggota TNI yang sedang bernyanyi. Namun akhirnya mengenai korban yang posisinya berada depan pintu,” ungkap Wachyono.
Menurutnya, saat ditembaki ketiga anggota TNI membalas tembakan dengan menggunakan senjata laras pendek dan mengejar pelaku. Namun sayang, para pelaku telah kabur menghilang di kegelapan malam. Sementara korban yang tewas di tempat langsung dilarikan ke RSUD Mulia untuk divisum.
Lebih jauh kata Wachyono, dari olah TKP ditemukan 2 proyektil peluru dari senjata jenis AK 47, 1 buah selonsong AK 47, dan 1 buah selongsong senjata jenis FN.

Hingga minggu kemarin, aparat gabungan TNI Polri terus melakukan pengejaran terhadap para pelaku, yang diduga masih berada tidak jauh dari lokasi kejadian. Namun karena medan yang sulit terdiri dari pegunungan dan lembah serta cuaca yang extreme menyulitkan pengejaran.
Sementara itu korban yang berasal dari suku bugis ini, Minggu pagi telah diterbangkan ke Nabire untuk dimakamkan. (ar/don/03)

Kritikan Ketua DAP, Dianggap Biasa

Kritikan Ketua DAP, Dianggap Biasa

JAYAPURA—-Sorotan Ketua Dewan Adat (DAP) Forkorsus Yoboisembut yang menilai Komnas Ham penakut, ditanggapi suatu hal yang biasa oleh Wakil Ketua Komnas HAM Perwakilan Papua Mathius Murib, SH. DIkatakan, kritikan Ketua DAP tersebut, sebagai suatu kriktik membangun dan juga motivasi atau dorongan untuk lebih konsisten dan serius mengungkap fakta fakta yang berkaitan dengan kasus HAM di Papua.Demikian disampaikan ketika dikonfirmasi Bintang Papua di Jayapura, Sabtu (5/12). Ia dimintai tanggapannya terkait pernyataan Ketua DAP Forkorsus Yoboisembut yang menyoroti bahwa selama ini Komnas HAM takut mengungkap sejumlah kasus pelanggaran HAM yang terus menerus terjadi di Papua sebagaimana dilansir Bintang Papua, Kamis (2/12).

Menurutnya, pihaknya juga menyampaikan kepada semua pihak termasuk DAP bahwa Komnas HAM mempunyai kewenangan mengungkap fakta fakta atau peristiwa peristiwa yang diduga melanggar HAM. Sedangkan terkait proses hukum adalah kewenangan aparat penegak hukum sesuai fungsinya masing masing. “Komnas HAM membatasi pada pengungkapan fakta,” katanya. Dia menambahkan, pihaknya mengakui beberapa kasus pelanggaran HAM justru Komnas HAM belum mengungkapnya tapi secara umum semua fakta fakta yang terjadi Komnas HAM sudah sering mengungkapnya.

Jadi prinsip yang dianut Komnas HAM, ujarnya, sebagai lembaga mandiri, independen, netral dan tak memihak. Dalam pengungkapan fakta atau rekomendasi rekomendasi Komnas HAM kepada siapapun atau pihak manapun baik aparat maupun masyarakat yang dari fakta menunujukkan mereka bertanggungjawab pihaknya merekomendasikan.“Lalu proses berikutnya kalau dia diduga kuat terlibat dan bertanggungjawab yakni proses berikut sesuai dengan kewenangan masing masing,” ungkapnya. (mdc/don/03)

Tokoh OPM, Seby Ditangkap di Bandara


Sentani- Setelah sehari sebelumnya terjadi penembakan di salah satu rumah yang diduga dijadikan Markas OPM di Tanah hitam, Sabtu pagi (04/12) warga kembali dikejutkan dengan adanya penangkapan yang dilakukan pihak Kejaksaan Tinggi bekerja sama aparat keamanan dari Polda maupun Polres Jayapura, terhadap tokoh separatis Papua, Seby Sembom. Dari informasi yang diperoleh Bintang Papua, Seby ditangkap, ketika berada di pintu 1 ruang keberangkatan ketika hendak bording menuju pesawat Bandar Udara Sentani. Rencanannya, Seby akan berangkat menuju Cingkareng dengan menggunakan maskapai penerbangan dari Garuda-651. Sekedar dikatahui, Seby Sembom merupakan tahanan kejaksaan yang kini berstatus tahanan luar dan sedang menjalani proses persidangan dengan kasus dugaan melakukan makar dan penghasutan demo Internasional Parlement For West Papua pada tangal 16 Okteber 2008 lalu.
Dari hasil penangkapan, Seby Sembom tersebut, pihak kejaksan berhasil mengamankan 1 buah Laptop yang berisikan tentang pelanggran HAM yang dilakukan oleh TNI/Polri di Papua. Selanjutnya Seby dibawa kekejaksaan tinggi untuk selanjutnya diproses kembali.(as/don/03)

Komnas HAM: Kekerasan di Papua Meningkat


AYAPURA—-Menjelang penutupan tahun 2010 ini justru eskalasi kekerasan di Papua meningkat. Pasalnya, 1 Desember 2010 terbukti 2 warga tertembak di Bolakme, 3 Desember 2010 Wetipo tertembak di Tanah Hitam. Lalu Lapas Abe rusuh dan 5 pelaku ditahan di Polda. Sedangkan tanggal 4 Desember 2010, Seby Sambon ditahan dari dalam pesawat di Bandara Sentani dan digiring ke Polda Papua. Sementara operasi penyisiran di Jayapura masih terus berlanjut. Demikian disampaikan Wakil Ketua Komnas HAM Perwakilan Papua Mathius Murib ketika dikonfirmasi Bintang Papua di Jayapura, Sabtu (4/12).
Menurut dia, kekerasan tak menyelesaikan masalah tapi hanya memperpanjang dan manambah masalah baru. Karena itu, Komnas HAM Perwakilan Papua menolak perilaku penyiksaan dan pembunuhan di luar prosedur hukum NKRI, semua pihak diserukan menahan emosi dan menghormati HAM serta ciptakan Papua Tanah Damai. Komnas HAM siap memediasi dengan para pihak yang berkonflik. (mdc/don/03)

Kalapas dan Wakil Ketua Komnas HAM Diserang Napi

Ada ceritera menarik seputar ricuhnya Napi di Lapas Abepura, Jumat (3/12). Ternyata kemarahan sejumlah Napi sebagai buntut ditembak matinya, rekan mereka Miron Wetipo dalam operasi gabungan TNI-Polri di Markas OPM Tanah Hitam, Jumat (3/12), nyaris mencederai Kalapas Abepura dan Wakil Ketua Komnas Ham Papua, yang saat itu berada di Lapas Abepura. Bagaimana kejadiannya?

Makawaru da Chunha - Bintang Papua

Wakil Ketua Komnas HAM Perwakilan Papua Mathius Murib ketika dikonfirmasi Bintang Papua di Jayapura, Sabtu (4/12) malam mengatakan, ketika peristiwa tersebut berlangsung ia tengah berbincang bincang bersama Kalapas Abepura Liberty Sitinjak. Menurut dia, pada Jumat (4/12) sekitar pukul 17.30 WIT ia ditelepon Kakanwil Hukum dan HAM Provinsi Papua Nasaruddin Bunas SH MH untuk membantu dan memediasi terkait situasi yang tegang di Lapas Abepura. “Saya diminta untuk hadir secara fisik dan saya hadir,” ujarnya. Ditambahkan, dirinya mempunyai keinginan membantu menegosiasi, memeditasi serta mempertemukan kedua pihak yang sedang tegang masing- masing kelompok Napi, kelompok Lapas serta petugas. Beberapa menit setelah bertemu Kalapas Abepura, selanjutnya ia menyampaikan kepada petugas Lapas untuk memanggil perwakilan Napi yang diwakili Buchtar Tabuni dan Filep Karma, serta perwakilan lainnya untuk bertemu di ruangan Kalapas.

Tapi, lanjutnya, ketika sedang bincang- bincang dengan Kalapas terdengar keributan. Mereka sudah lempar lempar dan merusak pintu. Dan petugas lapor mereka juga dengar ribut ribut dan kerusakan akhirnya dia dan Kalapas keluar dari ruangannya dan menemui para Napi yang melakukan pengrusakan.
Ketika ia bersama Kalapas serta petugas, tambahnya, ingin bertemu Napi malah mereka ditolak dan diserang sembari terdengar teriakan. Bunuh itu Kalapas, bunuh itu. Mereka datang dengan massa beramai ramai. Ia kebetulan sudah menyeberang kesebelah Kalapas dibelakang saya tertolak. Tertolak kebelakang saya tertolak kedepan. Setelah itu mereka menutup pintu dan merusak sejumlah fasilitas Lapas Abepura. Ia saksikan sendiri peristiwa itu dan tak terjadi korban dalam peristiwa itu.

Ia menambahkan, situasinya sudah brutal sehingga sulit untuk melakukan mediasi, bahkan untuk melakukan dialog atau komunikasi apapun sehingga ia memutuskan untuk pulang nanti Senin (6/12) atau gari berikutnya apabila situasinya sudah aman lanjutkkan melakukan mediasi guna mempertemukan pihak pihak tersebut. Namun demikian, lanjutnya, ketika ia tiba di rumahnya ia mendapat kabar Buchtar Tabuni, Filep Karma serta tiga Napi lainnya digiring dan diamankan ke Polda Papua. (don/03)

Golkar Usung Orang Asli Papua

MANOKWARI - Suhu politik di tanah Papua Barat mulai menggeliat, menjelang hajatan pemilukada untuk memilih gubernur-wakil gubernur. Partai Golkar pun sudah mulai ancang-ancang. Partai beringin rindang ini akan mengusung orang asli Papua sebagai calon. Ketua Harian DPD (Dewan Pengurus Daerah) Partai Golkar Papua Barat, Origenes Nauw, menjelaskan, hal ini sesuai amanat UU Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otsus Papua.

Ditegaskan pula, partainya sudah mengantongi nama, namun belum bisa disebutkan. ‘’Sudah mulai mengerucut. Figur yang bakal diusung pada pemilihan gubernur dan wakil gubernur Papua Barat adalah orang asli Papua Barat ,’’ beber Ketua Harian DPD Partai Golkar Papua Barat ini.

Selain lantaran UU Otsus mengamanatkan calon harus orang asli Papua, kata Origenes, partainya juga tak ingin tidak ingin menyakiti hati rakyat. ‘’Dalam pencalonan gubernur dan wakil gubernur kami Partai Golkar akan pertimbangkan dengan sungguh-sungguh nilai dan semangat yang terkandung dalam undang-undang Otsus,sehingga tidak menyakiti hari rakyat,’’ tukasnya,

Dipastikan pula, dalam menentukan figur yang akan usung untuk bertarung pada Pemilukada, Partai Golkar akan mempertimbangkan secara baik. Tidak sekedar memperebutkan jabatan, namun akan memperhatikan secara sungguh-sungguh pilar-pilar utama kebangsaan, yakni NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), Pancasila,UUD 45, Bhineka Tunggal Ika, serta Sumpah Pemuda.

Ori mengakui,suhu politik sudah memanas. Yang dia sesalkan, ada upaya-upaya yang dilakukan figure tertentu dengan maksud untuk menggalang simpatisan dengan cara yang tidak simpatik. Yakni politisasi kegiatan keagamaan dengan harapan mendapat simpati dan dukungan masyarakat pada Pemilukada mendatang. Elit politik secara halus sedang membangun dukungan lewat pembentukan ikatan-ikatan kesukuan atau kedaerahan. ‘’Patut dipertanyakan mengapa baru sekarang ikatan-ikatan suku dibentuk. Begitu marak dibentuk menjelang Pemilukada,’’ bebernya.

Dikatakan pula, pendekatan lainnya yang dilakukan elit politik pemerintah dalam mencari dukungan masyarakat yakni membagi-bagikan sembako,alat musik,bahan bangunan dan lainnya. Elit politik pemerintah ini juga mengarahkan seluruh potensi di birokrasi dalam menjalankan program bagi-bagi bantuan dengan maksud agar dinilai peduli terhadap masyarakat.

Ori berharap masyarakat tidak terpengaruh dengan upaya-upaya terselubung yang dilakukan elit politik jelang Pemilukada. Karena sesungguhnya, apa yang diberikan pemerintah sudah menjadi hak masyarakat untuk mendapat perhatian. ‘’Hak politik masyarakat tidak bisa diukur dengan diberi sembako,bahan bangunan dan lainnya. Ini hanya sifatnya sesaat," cetusnya. (lm/sam/jpnn)

Wikileaks dari Papua

DUA pekan lalu, dua dokumen itu diunggah ke dunia maya. Yang pertama 25 halaman, dengan tulisan "Laporan Triwulan I Pos Kotaraja" dicetak tebal dengan huruf kapital di halaman satu. Yang kedua lebih sedikit, hanya 8 halaman. Dari judulnya, "Laporan Harian, Nomor: R/02/Laphar/IX/2007", tampaknya ini adalah lampiran dokumen pertama. Inilah versi Indonesia dari heboh Wikileaks, situs Internet yang dibuat jurnalis Australia, Julian Assange. Oktober lalu, Wikileaks membocorkan ribuan halaman dokumen militer Amerika di Afganistan. Di Indonesia, adalah jurnalis lepas Allan Nairn yang jadi sumber informasi. Pria Amerika yang bermukim di Indonesia ini memang sudah kenyang makan asam-garam liputan tentang militer Indonesia. Dia, misalnya, meliput langsung aksi brutal TNI saat menangani demonstrasi massa di Santa Cruz, Dili, Timor Timur, pada 1991.

Di blognya-www.allannairn.com, tempat kedua dokumen ini dirilis pertama kali-Nairn tidak menjelaskan bagaimana dia bisa memperoleh laporan panas ini. Namun sumber Tempo memastikan bahwa dokumen penting ini sengaja dibocorkan persis pada hari kedatangan Presiden Amerika Serikat Barack Obama ke Jakarta, awal November lalu.

Isinya cukup terperinci. Dalam dokumen pertama, ada penjelasan bahwa laporan ini berasal dari sebuah satuan tugas bantuan intelijen yang beroperasi di wilayah Kotaraja, Papua. Kotaraja adalah satu wilayah di Distrik Abepura, Jayapura, yang sering digunakan sebagai lokasi unjuk rasa. Di sini ada kantor Majelis Rakyat Papua, Dewan Adat Papua, dan sekretariat sejumlah lembaga swadaya masyarakat.

Satuan ini-selalu disebut dengan kode "Satgas Ban-5 Kopassus, Pos I Kotaraja"-terdiri atas lima tentara berpangkat sersan dan dipimpin perwira berpangkat letnan: Lettu Inf. Nur Wahyudi. Dalam menjalankan tugasnya sehari-hari mereka dilengkapi sebuah kamera video dan kamera digital. Untuk transportasi, tim ini punya satu sepeda motor Honda GL-Pro dengan pelat nomor DS-4011-AJ. Sedangkan untuk makan, biaya komunikasi, dan operasional, sang ketua tim mendapat anggaran Rp 7,5 juta per bulan.

Di bagian akhir laporan, tim ini mengeluh kekurangan dana operasional. "Untuk menutupi kekurangan, kami meminta kiriman dari keluarga di Jakarta untuk mengisi pulsa telepon. Kadang kami juga meminjam pada teman." Tak hanya itu. Mereka juga mengandalkan "pinjaman dari simpatisan". Tak jelas berapa dana yang mereka pinjam dan dari mana sumbernya.

Meski disebut-sebut beranggaran cekak, tim intelijen ini aktif bergerak. Dalam periode laporan ini, September-Oktober 2007-tiga bulan pertama masa tugas tim ini di sana-Satgas 5 rajin menguntit aktivis demokrasi dan hak asasi manusia di Jayapura. Setiap hari mereka berkunjung ke kantor lurah dan kepala distrik untuk memastikan afiliasi politik aparat pemerintah itu. Keenam tentara ini juga gencar merekrut agen, informan, dan membuat kontak baru. Meski diakui "penyelidikan kadang sulit dilakukan, karena anatomi (warna kulit dan jenis rambut) kami berbeda."

Isi dokumen yang paling penting adalah daftar tokoh yang dianggap mendukung ide Papua Merdeka. Ada 15 nama yang disebut sebagai "GSP/P di sana". GSP/P singkatan Gerakan Separatis Politik. Dokumen hanya menyebut Mathias Wenda sebagai bagian dari GSP/B alias gerakan separatis bersenjata di Kotaraja. Tim Satgas menilai manuver politik para aktivis Papua jauh lebih "berbahaya" ketimbang aksi bersenjata.

Yang mengejutkan, hampir semua nama dalam daftar itu adalah tokoh terpandang di Jayapura. Ada Pendeta Socrates Sofyan Yoman (Ketua Gereja Baptis Papua), Pendeta Benny Giay (Ketua Gereja Kemah Injil Papua), Agustinus Alue Alua (Ketua Majelis Rakyat Papua, lembaga resmi bentukan pemerintah), dan Aloysius Renwarin (Direktur Elsham Papua).

Juga ada nama sejumlah pengurus Dewan Adat Papua seperti Thaha al-Hamid, Leonard Imbiri, dan Markus Haluk. Nama aktivis mahasiswa yang kritis dan vokal seperti Buchtar Tabuni dan Selfius Bobby juga masuk daftar hitam. Bahkan nama politikus Fraksi Golkar, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Papua, Yance Kayame, juga terselip di sana.

Bocornya daftar nama ini membuat banyak aktivis di Papua geram. "Ini upaya pembungkaman atas orang Papua yang lantang memprotes ketidakadilan," kata Markus Haluk, pekan lalu. "Daftar ini dibocorkan untuk menjustifikasi penangkapan atau penculikan atas nama-nama di daftar itu," katanya lagi.

Markus mengingatkan peristiwa pembunuhan atas aktivis Papua, seperti Arnold Ap (1984), Thomas Wanggai (1996), dan Theys Hiyo Eluay (2001), selalu didahului teror semacam ini. Theys, Ketua Presidium Dewan Papua, misalnya, dibunuh oleh sekelompok tentara Kopassus, sembilan tahun silam.

Socrates Sofyan sepakat. "Saya bukan tokoh Papua Merdeka, saya bukan siapa-siapa," katanya ketika ditemui di kantornya, pekan lalu. "Saya hanya menentang sesuatu yang salah," kata Socrates.

Sebagian besar nama dalam daftar itu mengaku mendapat teror, ancaman, dan merasa diintai ke mana pun pergi. Tak hanya itu, pekerjaan mereka pun kerap dirundung masalah. Gereja Baptis pimpinan Socrates, misalnya, kini pecah. Seorang pendeta lain, Perinus Kogoya, mengklaim kepemimpinan di gereja tersebut. Perselisihan itu sampai berujung pada bentrok massa, Maret lalu. "Ada pihak ketiga yang bermain," kata Socrates.

Legitimasi Dewan Adat Papua sebagai perwakilan masyarakat adat di Papua juga dirongrong. Markus Haluk menuding pendirian Lembaga Musyawarah Adat sering kali punya motif politik: menggerus kepercayaan publik pada kelompoknya. "Kami sering dikontraskan dengan mereka," katanya. Ketua Dewan Adat Papua, Forkorus Yaboisembut, membenarkan. "Kami dipecah-belah menjadi dua kubu," katanya.

Dalam dokumen Kopassus, memang ada tahapan operasi yang disebut "fase pelemahan pengaruh dominan". Dalam operasi itu, agen Kopassus akan mendekati tokoh masyarakat agar tidak lagi percaya pada sejumlah lembaga yang dicurigai punya motif separatisme.

Target operasi tim Satgas yang lain, Buchtar Tabuni, kini mendekam di LP Abepura. Dia ditangkap pada Desember 2008 dengan tuduhan makar. Ditemui di penjara pekan lalu, Buchtar mengaku tidak heran namanya masuk daftar Kopassus. Dia tak membantah disebut memperjuangkan kemerdekaan Papua. "Ini memang perbedaan ideologis," katanya. Buchtar divonis tiga tahun penjara karena menuntut referendum.

Bagian lain dari dokumen Satgas Intel Kopassus membeberkan sejumlah data tentang keterkaitan target operasi mereka dengan perjuangan kemerdekaan Papua. Socrates Sofyan, misalnya, disebut-sebut pernah menemui Panglima Komando Pasukan Amerika di Pasifik, Laksamana Dennis C. Blair. Kedekatannya dengan Pendeta John Barr dari Solidaritas Gereja Asia di Australia juga dicurigai. "Saya tidak kenal Dennis Blair," kata Socrates heran. "Kalau John memang sama-sama pendeta," katanya. Dia membantah hubungan itu terkait dengan aktivitas politik.

Adapun Markus Haluk ditulis sering berkomunikasi dengan dua pendeta Amerika yang tinggal di Pos Tujuh, Sentani: Jimmy Yost dan Noam Killer. Ditemui pekan lalu, Jimmy kaget ketika tahu dia dan keluarganya diintai tentara.

Markus mengaku tak pernah berhubungan dengan dua orang Amerika itu. Dia menduga keterangan itu dimasukkan hanya untuk membenarkan kebijakan pemerintah menutup Papua dari orang asing.

Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono enggan berkomentar banyak tentang isi dokumen Kopassus yang bocor ini. Dicegat dua pekan lalu di Markas Besar TNI Cilangkap, Agus menegaskan keberadaan Kopassus di Papua legal dalam konteks menjaga daerah perbatasan. Soal dari mana dokumen itu bisa jatuh ke tangan wartawan, Agus mengangkat bahu, "Dengan kemajuan teknologi seperti sekarang, kebocoran dokumen bisa terjadi di mana saja."

Wahyu Dhyatmika, Mahardika Satria Hadi (Jakarta),Jerry Omona (Jayapura)